Peran Media sosial di Kala Banjir

Jakarta - Jakarta dan sekitarnya mengalami bencana banjir yang secara praktis melumpuhkan aktivitas dari warganya. Perkembangan bencana ini jelas sangat perlu diinformasikan kepada segenap warganya.

Di sini, Twitter, sebagai media sosial (medsos) yang sangat portabel dan ringan, berperan sangat kunci untuk diseminasi informasi bencana. Satu hal yang sangat membantu diseminasi informasi tersebut, adalah masih tersedianya koneksi internet, walaupun alami gangguan di sana sini.

Hal ini membuktikan, bahwa internet memang sudah didesain untuk menghadapi bencana. Bagaimana peran media sosial dalam salah satu bencana banjir paling buruk yang pernah terjadi di ibu kota negara ini?

Akun-akun informatif Saat Banjir

Di tengah bencana banjir, sudah banyak akun yang menginformasikan perkembangan bencana tersebut. Mereka adalah akun milik pemerintah, swasta, ataupun NGO. Mari kita simak apa saja informasi yang mereka bagikan kepada publik dibawah ini:

Akun @ACTforhumanity milik LSM Aksi Cepat Tanggap (ACT) dan akun @MRIPusat milik Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) adalah dua akun milik NGO yang sangat informatif dalam memberikan informasi mengenai bencana banjir di ibukota.

Mereka juga aktif memberikan informasi mengenai kondisi pengungsi. Akun @palangmerah milik Palang Merah Indonesia (PMI) juga aktif dalam diseminasi info. Akun PMI ini juga sering menshare foto-foto kegiatan mereka dalam mendistribusikan bantuan ataupun aktifitas lain.

Sementara itu, akun @infobencana milik yayasan air putih, yang dulu sangat aktif dalam mitigasi bencana di Tsunami Aceh, juga sangat aktif dalam menghadapi bencana banjir DKI ini.

Pemerintah tentu saja sudah bertindak dari awal dalam rangka menghadapi bencana ini. Baik pemerintah pusat dan pemda DKI telah bekerja untuk diseminasi info. Akun @poskodpu, milik departemen pekerjaan umum, menginformasikan tinggi air pada berbagai stasiun pengamatan.

Akun @jakartagoid, milik pemda DKI, juga sudah bekerja dari awal untuk memberikan berbagai informasi terkait kebutuhan obat-obatan, logistik, ataupun kebutuhan lainnya.

Akun @nebengers juga sangat aktif memberikan informasi mengenai keadaan jalan-jalan di DKI Jakarta. Akun ini juga memberikan informasi mengenai tebengan, yang jelas sangatlah berguna disaat transportasi publik dalam keadaan terganggu.

Sementara itu akun @Kalamkata, milik LSM ICT Watch, melakukan diseminasi informasi dengan cara meretweet info-info mengenai Banjir di ibu kota. Akun lain yang juga aktif memberitakan informasi banjir adalah @TMCPoldaMetro, @RadioElshinta), dan @LewatMana.

Sementara itu Peta Digital Banjir yang dirilis oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) DKI Jakarta juga dibagikan melalui media sosial. Peta digital tersebut, yang sangat berguna untuk menentukan dimana wilayah yang mengalami banjir, dapat diakses pada tautan ini.

Mohon maaf jika ada akun lain yang terlewat. Tambahan informasi mengenai akun yang belum dimasukkan, dapat dituliskan sidang pembaca pada kolom komentar. Semoga impact dari informasi di media sosial ini dapat beresonansi ke semua pihak yang terkena imbas bencana banjir.

Fokus ke Mitigasi Bencana

Fokus ke mitigasi bencana adalah pusat dari penanganan bencana. Oleh karena itu, menyalahkan pihak tertentu sebagai penyebab terjadinya bencana banjir adalah buang-buang waktu dan kontra produktif.

Jauh lebih produktif bekerja sama untuk menghadapi bencana yang didepan mata, dengan mengesampingkan kepentingan golongan dan pribadi masing-masing. Mencegah dan mitigasi bencana banjir memerlukan kerja sama yang integratif antara pemerintah pusat, daerah, swasta, dan juga segenap warga.

Penggunaan Media sosial untuk pencegahan dan mitigasi bencana akan jauh lebih optimal, jika memang difokuskan an sich untuk kepentingan nasional dan segenap warga negara.

Integrasi Informasi Bencana

Diperlukan kerja sama strategis antara berbagai akun tersebut. Integrasi bukanlah sentralisasi informasi seperti di negara komunis atau fasis, namun sinkronisasi antara berbagai elemen yang berbeda, seperti layaknya di negara demokratis.

Tentu saja, integrasi informasi ini tidak hanya terbatas pada bencana yang terjadi di ibu kota negara i.e DKI Jakarta. Salah satu contoh, peristiwa banjir di Jawa Barat, yang terjadi pada saat yang bersamaan dengan banjir di Jakarta, sayangnya hampir saja luput dari sorotan media massa.

Hal ini juga patut dijadikan pertimbangan, bagaimana integrasi informasi tersebut dapat meliputi seluruh Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Saya percaya, jika ada political will dari seluruh stake holder negara ini, maka integrasi secara nasional tersebut dapat dicapai.

CR : Detik.com (Dr.rer.nat Arli Aditya Parikesi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar